15.2.12

13 nov 2011

sadar
ketika kembali menilik sekitar
bagaimana semua tanda di tubuhku
memberikan tanda
meneriakkan kenyataan
hanya aku saja yang tak peduli
tak mau peduli
karena antara harapan dan kenyataan sudah tak bisa dibedakan
saat kenyataan berusaha menyapaku
saat itu juga aku mengelak
dan berandai andai
membuat harapan itulah kenyataan

telingaku bergerak lebih pandai
menemukan kata-kata paling menyakitkan
tapi kuabaikan

mataku melihat lebih cerdas
menyadarkanku betapa tak ada apapun disana

hatiku berteriak sekencang-kencangnya
ketika lukanya semakin terbuka
dan tak terobati

namun
pikiranku hanya diam
membayangkan hal indah di balik semua kenyataan pahit itu

sakit sekali

berkali-kali
di dalam doaku
di dalam tiap puisiku
di dalam tiap ungkapan hatiku
kupanjatkan permohonan
berjuta kali
agar Yang Maha Kuasa senantiasa berada di sampingku
memperingatkanku
memberikan pertanda

namun aku selalu memaksakan kehendakku
tak baik memang
tapi doaku selalu begitu
dan entah mengapa setelah semua airmataku
seketika itu juga muncul pertanda
seperti telponku yang tiba" meneriakan namanya
hanya saja aku salah sangka
kusangka pertanda baik
seperti bukan
hanya kukira baik

karena seharusnya aku sadar
itu semua adalah buruk
bukankah semua pertanda baik tak akan meninggalkan luka?
bukankah semua kebaikan tak akan membuat tangis?

aku menangis

bahkan saat terpejampun airmataku mengalir
tak ada lagi isakan
airmataku mengalir begitu saja
membuka lukaku semakin lebar

inikah jawaban semua doaku Ya Allah?
jawaban atas semua ketidak siapan
jawaban atas semua ketidak pastian
jawaban atas semua keraguan
dan kenyataan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar